Langsung ke konten utama

Cerpen "WIJOYO SUKMA" karangan Anindya

WIJOYO SUKMA


Raja siang mulai menyambut datangnya hari diikuti dengan daun yang menari-nari ditetesi embun pagi yang mulai hilang. Nyanyian kutilang menghangatkan suasana kota yang konon masih “ndeso” itu. Kota Liwet yang membuat warganya aman, tenteram, dan damai memiliki banyak alkisah, banyak insan yang bertanya-tanya dari mana datangnya nama kota itu? Pertanyaan itu mulai terjawab dari satu mulut ke mulut lainnya. Kota ini banyak ditumbuhi oleh pohon Sala satu macamnya dengan pohon pinus yang termaktub dalam serat Babad Sengkala yang disimpan di Sana Budaya kota Gudeg. “Sala” termasuk bahasa Jawa yang umumnya dibaca Solo.  Asal-usul kota itu saja sudah menarik insan pribumi dan non pribumi, apa lagi isinya pasti membuat insan ditarik oleh kota Solo yang indah itu. Taksiran urip nya saja masih disebut murah, hal tersebut tak menutup kemungkinan kota tersebut memiliki destinasi wisata yang elok.

Pagi hari kiranya pukul 6.00 WIB, aku menginjakan kakiku di Stasiun Balapan. Ragaku telah mendarat di “Bengawan Solo”. Trica membawaku perlahan melewati Jalan Brigjen Slamet Riyadi, diturunkannya aku di situs bersejarah. Sebut saja Keraton Surakarta, aku langkahkan kakiku menuju kedalam keraton. Jiwaku rasanya seperti melekat hangat dengan tempat ini, sentuhan Jawa yang tambah menjadikanku berangan-angan ingin dipaes. Tak berlama-lama didalam situs bersejarah itu karena Trica telah lama menunggu. Dibawanya kembali aku melintasi Jalan Monginsidi menuju Jalan DR. Radjiman. Keramaian menyambutku di Pasar Klewer sembari disambut oleh Tengkleng Solo yang nikmat dan ditutup dengan segarnya Wedang Uwuh yang menghangatkan tubuh. Pandanganku tidak luput dari indahnya corak batik yang termaktub diatas helaian kain konvensional. Aku keluarkan rupiah dari unceng pemberian nenek. Seorang tampan menginterupsi dialogku dengan penjual. 

“Piro bu regane? Satus ewu tho?” Tanya mas dengan logat medok nya. 

Dapatlah 3 helai kain yang kuinginkan. Sungguh aku bingung siapa seorang ini, tiba-tiba saja membelanjai batik untukku. Sudah tampan, baik, sopan lagi. Rasanya aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi. 

“Maaf Mas siapa? Makasih ya saya dibelikan batik. saya bingung bagaimana cara berterimakasih pada Mas, maukah mas saya belikan tengkleng? Rasanya enak sekali mas.” Ucapku gelagapan.

 “Tidak Usah, Dik. Anggap saja pemberian dari orang Solo asli. Kamu orangnya baik juga ya, tidak salah saya bertemu orang seperti adik. ” jawabnya dengan santai.

Jujur dalam benakku bertanya-tanya siapa lelaki ini, apa sejarahnya. Kenapa secara tiba-tiba belanjaanku dibayari olehnya. Jujur akan aku perhatikan siapa sosok ini lebih dalam. Tetapi disisi lain aku yakin Sepertinya dari perawakannya, Mas merupakan seorang yang arif dan bestari. Hal itu membuatku percaya bahwa Mas mustahil berlaku senonoh kepadaku.

Betapa terheran-herannya aku, mobil yang Mas tunggangi itu termasuk mewah. Dibawanya aku oleh mobil mewah ini berkeliling Solo.

“Mari kita keliling Solo, anggap saja saya pemandu wisata kamu, tak perlu dibayar kok. Kamu mau kemana dik?.” Tanya Mas padaku.

“Terserah Mas aja, kan saya hanya penumpang disini.” Jawabku sedikit bergurau.

“Yasudah dik, bagaimana kalo saya ajak kamu ke Grojogan Sewu Tawangmangu? Pasti kamu merasa sejuk dengan percikan air terjunnya.” Ajak Mas kepadaku.

“Apa tidak terlalu jauh Mas? Aku tidak enak dengan Mas. Aku khawatir kalau Mas punya pasangan nanti khawatir salah paham. Oiya ngomong-ngomong nama Mas siapa?”.

“Saya Rama, dik. Wah, saya sudah lama tidak punya pasangan, ya banyak wanita yang sudah dijodohkan oleh Ibu tapi rasanya tidak cocok, saya memutuskan mengabdi dulu siapa tau jadi tambahan besar bagi kehidupan masa depan.” Sahut Mas.

Mobil jingga mewah itu membawaku menuju Grojogan Sewu Tawangmangu. Betapa Indahnya nikmat Gusti Allah ini. Rasanya bola mataku ingin lepas memandang keindahan derasnya air terjun ini. Tapi lain dengan suasana hati, rasanya seribu pertanyaan yang ingin kulontakan kepada Mas Rama. Siapa sosok dibalik Rama yang sebenarnya walaupun kupercaya Mas Rama seorang yang baik tapi rasa penasaran itu belum terjawab sedikitpun. 

“Dik ngomong-ngomong kamu sekarang kuliah dimana?” Tanya Rama kepadaku.

“Saya baru lulus dari fakultas ekonomi dan manajemen Universitas Indonesia Mas, kalau mas sendiri?” Tanya kembali kepada Rama.

“Saya lulusan Manajemen Bisnis Universitas Gadjah Mada, Dik. Oleh karena itu, medok Jawa saya masih kental.” Jawab Rama sedikit tertawa.

Raja Siang mulai pamit beristirahat dan dalam hitungan menit akan berganti dengan dinginnya dewi malam. Waktunya pamit kepada Mas Rama. Ia berjanji kepadaku bahwa besok akan kembali mengajakku jalan-jalan. Diantarkannya diriku ke gubuk kecilku untuk beberapa hari. Dalam keheningan malam, hatiku tergerak untuk mengetahui siapa Mas lebih dalam. Ia adalah seorang yang arif, pasti wanita yang tertarik padanya tak terhitung oleh jari. Apalagi kelihatannya Mas adalah seorang yang berharta. Sebenarnya dari sifat dan pembawaannya macam orang berharta pula.

                                                        ***********

Bagi saya, Adinda adalah wanita yang mungkin tepat mengisi hati saya. Tapi tidak mau tergesa-gesa. Nanti dulu, khawatir ia terkejut akan hal yang menjadi tujuanku. Baik akan kucoba, mungkin saat ini adalah saat yang tepat. Mungkin Adinda lupa, tapi tetap aku masih mengingatnya.

Walaupun jarak setiap harinya 30 meter, tapi rasanya selalu dekat dengannya. Bagaimana tidak seorang wanita berparas ayu, pintar, dan anak basket juga. Begitupun denganku. Hobi yang sama membuat aku mengenalnya kala itu. Benih-benih yang muncul tanpa sengaja mulai semakin panas, rasanya aku jatuh didalam zona cinta. Mengaguminya hanya dari jauh karena sadar bahwa sebaris laki-laki yang menunggu untuk mendapatkan hatinya. Awalnya aku yakin, walaupun seragam kami berbeda tetapi cintaku kepada adinda tetap utuh. Tidak mau terlalu berharap khawatir jatuh ditengah jalan. Benar saja, adinda menjadi milik seorang ketua OSIS di lingkungannya, Arga. Hubungan mereka saja tidak akan kandas. Sedikitlah peluangku. Dalam diam aku terpuruk namun perlahan aku bangkit. Untuk apa terlalu mengharapkan seorang wanita yang hampir sempurna itu, kalaupun jodoh harapku ia jatuh dipelukanku.

Kini, aku rahasiakan dulu siapa diriku sampai waktunya yang akan tiba, parasku kini agaknya berubah. Namun, adinda tetap adinda yang seperti dulu.

                                                   ************
Embun pagi baru saja menetes diatas daun yang diam, Mas sudah tiba didepan gubukku. Hari ini aku relakan hariku untuknya. Dengan ini aku dapat mengenal sosok tampan lagi berharta itu yang sesungguhnya.

“Selamat Pagi dik, hari ini adik mau kemana? Biar saya antar.” Tawaran Mas kepadaku.

“Mas, katanya disini ada pertunjukan wayang orang yang bagus ya? bolehkan Mas antar saya menonton pertunjukannya?” Ajakku kepada Mas.

“Silakan dik, pertunjukannya di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, tetapi pertunjukannya baru dimulai jam 8 malam dik.” Sahut Mas Rama.

“Bagaimana kalau kita makan Soto Gading dulu di Pasar Kliwon sekitar alun-alun keraton Solo? Enak loh dik, harganya juga nggak menguras kantong.” Ajak Mas kepadaku.

“Boleh Mas, tapi Mas yang traktir aku ya, hehe… aku cuma bercanda mas.” Candaku kepada Mas Rama.

“Kamu bisa aja dik, bolehlah saya traktir lagi, lagipula buat apa sama tamu pelit-pelit tho, kan orang Solo terkenal baik-baik, ramah, nggak pelit, yo ora enek salahe tho dik tak traktir kamu.” Jawab Mas setuju.

“Wah, mas baik banget ya, nggak salah kalo mas banyak penggemar beratnya. Tapi kenapa Mas kok nggak mau pacaran?” tanyaku lebih santai.

“Walah dik, sejujurnya panjang ceritanya. Tapi ya apadaya dik saya masih kagum sama temen SMA saya. Dulunya dia sangat cantik dan baik hati tapi banyak yang suka, akhirnya saya mundur. Ya tapi saya masih agak kagum dengan wanita itu. Saya masih usaha buat dapetin dia, kan nggak ada salahnya kalau dia ternyata masih sendiri. Maaf dik, saya jadi curhat.” Cerita Mas kepadaku.

“Oh iya Mas nggak apa-apa, saya juga seneng kok denger cerita orang. Sabar ya Mas.” Sahutku.

Perjalanan kami pun berlanjut menuju salah satu tempat kuliner terfavorit di Solo, Soto Gading. Semangkuk soto segar lagi hangat terasa nikmat ditemani dengan sejuknya angin yang berhembus mengayunkan pepohonan dan rambutku yang terurai indah ini. bagiku hadirnya Mas Rama bersamaku menambah cita rasa Soto khas Solo yang kini dihidangkan didepanku.

Dewi malam sudah dijemput alam, hembusan angin menusuk jantungku, ramai kota yang tak pernah tidur menumbuhkan semangatku untuk berada ditempat indah ini bersama orang yang bestari. Pukul 8 malam telah tiba, turunlah aku bersama Mas Rama di Gedung wayang wong Sriwedari, Dewi Lokati menjadi cerita yang akan disaksikan pada buta senja ini. Cerita yang sedikit romantis membuat aku dan mas semakin dekat dan lebih dekat lagi. Kini hubungan kami layak dikatakan lebih dari teman. Hari-hariku kini menjadi riwayat yang baru, Solo ku diwarnai dengan hadirnya Mas Rama di kehidupanku kini. Kami saling bertukar cerita dari kulit terluar hingga kulit terdalam.

                                                  ***************
Aku harap, ini waktu yang hampir sempurna untukku menyatakan diriku yang sebenarnya. Semoga ia bisa menerimaku dengan baik dan harapanku tak menjadi sia-sia. Aku siap adinda untuk membawamu kepada kerajaanku.

                                                   ***************
Pikiranku mundur menuju 10 jam yang lalu dimana inilah yang paling terbayang di diriku. Samar-samar aku terhadap Mas, rasanya aku pernah bertemu dengan orang sepertinya. Tapi siapa, itulah mengapa yang membuatku penasaran. Dua pekan sudah aku bertemu dengannya. Dengan itu aku merasa nyaman berada didekatnya, aku merasa cocok bertukar pikiran dengannya. Karena memang aku percaya Mas cukup pintar dan sopan terhadap wanita. Tidak seperti bekas-bekasku yang dahulu menginjak-injak hati dan perasaanku. Sumpah bahwa besok adalah waktu yang akan aku gunakan sebenar-benarnya untuk menggali diri Mas yang sebenarnya. Aku tidak mau terjebak kembali dilubang yang salah.

Hari ini, Mas Rama mengajakku berwisata lebih jauh lagi tepatnya tetangga Solo, yaitu Karanganyar. Indahnya cuaca hari ini mendukung untuk menikmati indahnya suasana kebun teh kemuning. Empat kaki berjalan dengan santai, tak lupa mengambil gambar secara bergantian dan bersamaan. Luasnya kebun membuat ragaku sedikit kelelahan. Demi menghormati wanita, Mas rela menemaniku duduk diatas hamparan kebun yang hijau. Perbincangan kami terasa lebih panas disaat berbincang mengenai suatu topik yang menjadi titik terang pertemuan kami.

“Adik dulu SMP sama SMA nya dimana? Pasti di Jakarta ya?” Tanya Mas Rama.

“Dulu aku SMP di Purnama Cakra Jakarta dan SMA di Dahlia Cemara Tanggerang Mas, kalo Mas dulu dimana? Kita belom ngobrol sejauh ini nih Mas.” Tanya ku kembali pada Mas.
Raut wajah Mas sedikit kebingungan, rasanya seperti ada yang janggal pada benaknya. Jujur aku khawatir, apakah aku menyinggung perasaannya jika aku bertanya akan hal ini kepadanya. Aku merasa hubungan aku dan Mas sudah lebih dari teman. Seharusnya ia tidak tersinggung akan hal ini.

“Kenapa Mas kok bingung? ada sesuatu? Mas cerita aja.” Tanyaku karena bingung.

“Enggak kok, dik. Dulu saya SMP di SMP 17 Jakarta, kalau SMA nya di Harapan Bunda Tanggerang dik. Dulu SMA kita deketan dik.” Jawab Mas sedikit gagap.

“Wah Mas kita dulu ternyata SMA nya tetanggaan, kayaknya aku pernah ketemu Mas. Mas dulunya anak basket kan? Berarti Mas Ramadhan Wijoyo Sukma kan? Anak yang jago banget three point ? Ya ampun Mas aku buta banget sama tetangga. Kenapa aku nggak ngenalin Mas. Sumpah Mas, aku baru inget. Maaf mas... kenapa Mas nggak ngenalin diri pas bayarin batik. sumpah aku penasaran selama ini sama Mas. Ngomong-ngomong Mas kok jadi medok padahal kan nggak lama di Solo.” Ucapku terkejut.

“Iya, kamu inget aja nama panjangku. Aku sengaja nggak mau ngenalin diri dari awal takut kamu kaget, kamu bingung. Hahaha aku jadi medhok karena pengaruh lingkungan Solo, gimana hubungan kamu sama Arga? Masih berlanjut? Oh iya nggak usah panggil Mas dik, Rama aja. Orang Solo emang harus sopan tapi kita kan temen hehe santai. ” Tanya Mas sambil tertawa.

“Siap Rama, nggak papa kok aku nggak akan kaget kok. Ngomong-ngomong jadi nggak enak nih manggil nggak pake Mas, tapi aku coba biasain hehe.. sumpah ya Arga itu orang yang paling brengsek buat aku dia ternyata diem-diem deketin junior padahal masih pacaran sama aku. Udah berusaha lupain sih tapi sakitnya nggak bisa dihilangin Ram, asli aku nggak mau liat batang hidung dia lagi. Buat apa kenal sama cowo kayak gitu. Maaf ya aku ngomongnya kasar.” Curahan hatiku kepada Rama sembari meneteskan air mata.

“Sabar ya, yang berlalu biarlah berlalu, sekarang waktunya kamu liat kedepan, temuin kehidupan kamu yang lebih bahagia.” Ucap Rama dengan bijak sembari memelukku.

Jujur, aku terkejut akan pelukan mendadak yang diberikannya padaku. tapi pelukan ini bukan sekedar pelukan. Ini adalah pelukan sopan pria terhadap wanita.

“Rama, sekali lagi aku makasih banget sama kamu, udah bayarin aku belanjaanku, sopan sama aku, mau nganterin aku jalan-jalan. Nemenin aku selama di Solo. Dunia sempit ya, ternyata aku dipertemuin lagi sama temen SMA walaupun tetangga hehe.” Ucapku kepada Rama.

Suasana menjadi lebih damai setelah aku mengetahui bahwa Rama ialah teman SMA ku. Dalam hitungan menit, suasana menjadi berganti menjadi dingin dan tegang, jujur, dalam benakku aku merasa yakin bahwa Rama akan menjadi lelaki yang tepat bagiku. Menutup masa kelamku dan membuka lembaran baru untuk kehidupanku. Tapi aku tak yakin bahwa Rama mau melanjutkan perkenalan ini menjadi perkenalan yang hangat dan sakral. Siapa sangka memang Rama baik kepada semua orang.

Waktu silih berganti, seorang bestari mengirimkan sebuah pesan hangat melalui teman kecilku yang notifikasinya satu menit lalu baru saja masuk.

“Na, jujur waktu aku ngeliat kamu main basket, aku luluh. Dulu aku pengen banget deketin kamu tapi kenyataannya beda. Kamu terlanjur pacaran sama Arga. Awalnya aku nyerah buat pacaran. Kemarin-kemarin, aku sempet cerita ke kamu tentang pacar, jujur sebenernya yang aku ceritain ke kamu itu kamu sendiri. Sampe sekarang aku  masih nyariin kamu. Tapi mungkin ini jawaban dari penantian aku selama ini. kamu ada disini, Na. Makasih kamu ada dua minggu buat aku. Na, aku sayang kamu. Jujur mungkin ini waktu yang tepat tapi kita udah lama kenal dan baru dipertemuin lagi. Mau nggak hubungan kita lebih dari ini? Aku janji bakal ngehormatin kamu sebagai wanita. Aku nggak akan melakukan apa yang dilakuin mantan kamu. Kalo emang kamu nggak setuju nggak papa. Ini keputusan kamu. Aku nggak akan maksa. Ini hak kamu. Tapi aku bersyukur kalo kamu terima. Makasih kamu udah bersedia baca ini.”

Betapa terkejutnya aku membuka teman kecilku. Jujur aku tak menyangka. Ternyata apa yang selama ini aku pikirkan mustahil. Benar nyatanya, Rama memiliki perasaan yang sama denganku.

“Rama, kalo emang kamu serius sama aku, besok jemput aku dan anter aku ke Alun-alun Solo.” Balasku.

Mentari tersenyum sangat manis seperti suasana hatiku saat ini. pertemuan aku dan Rama terasa sedikit canggung. Karena surat semalam. Ditemani Cambuk Rambak khas Solo, suasana terasa lebih hangat. Dalam hatiku yang paling dalam, aku tak mau membohongi perasaanku. Dan aku siap untuk menjadi kekasih Rama.

Mobil mewah Rama membawaku menuju singgasana nya, bertemu nya dua generasi wanita yang disambut ramah. Tante Silvia, insan yang merawat dan membesarkan kekasih hatiku. Disambut dengan secangkir wedang uwuh dan kue beras. Diterima nya diriku didalam keluarga Jawa ini.

Pekan berganti hari, jam berganti menjadi menit, menit berganti detik. Sebungkus selat solo tersangkut diluar pagar gubukku. Terdapat secarik surat kecil berisikan sapaan hangat dari seorang penggemar rahasia yang aku tidak tahu siapakah gerangan. Tiba-tiba mataku ditutup oleh seseorang, suaraku melengking sangat kencang macam toa saja. Ternyata Rama mengejutkanku. Dalam keadaan mataku yang tertutup oleh sehelai kain hitam, dibawanya aku turun menuju Taman yang sangat sejuk, sedikit hening yang terdengar olehku, dilepaskannya helaian kain itu. Tanganku digenggam olehnya, disentuh halus layaknya ratu terhormat. Janji kecil terucap dari bibir indahnya.

“Kamu itu Wanita Spesial buat aku sejak 10 tahun yang lalu, Aku tau umur kita udah nggak cocok buat pacaran lagi. Sekarang aku mau mikir serius. Na, mau kah kamu jadi temen di pagi, siang, dan malam aku?” ucap Rama sembari menyentuh tanganku dan berlutut didepanku membawa berlian yang bersinar dihadapanku.

“Rama, kalo aku boleh jujur, kamu terlalu cepet Rama. Kita baru aja pacaran tapi kamu udah ngajak aku untuk lebih serius. Makasih buat semua hal yang kamu lakuin buat aku. Kamu itu beda dari laki-laki yang pernah ada. Tapi Ram, apa yang ada dipikiran kamu itu sama seperti yang aku pikirin, aku mau Rama jadi yang terakhir buat aku. Jujur aku mau Rama. Aku mau dibimbing sama laki-laki kayak kamu.” Jawabku gemetar sembari menangis.

Cincin berlian itu berhasil disematkan di jari manis kiriku. Dipeluknya aku dengan hangat olehnya, dikecuplah keningku dengan terhormat. Resmi, aku menjadi tunangan Rama. Tahun depan, Aku dan Rama akan resmi menjadi sepasang merpati yang akan terbang bebas di angkasa.

7 Juli 2017, 08.30 WIB. Di Gedung Saba Buana Solo, diucapkannya janji suci antara ayah dan calon ayah dari anak-anakku kelak. Darah Minang yang bermimpi ingin menikah dibalut dengan basahan dan berhias paes hijau di kepala. Mimpi itu terwujud hari ini, detik ini.

“Ananda Ramadhan Wijoyo Sukma bin Sukma Adhiyoso saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Sherina Astrida Ahmad binti Hendra Ahmad Priyanto dengan mas kawinnya berupa emas sebesar 50 gram, uang tunai sebesar tujuh juta rupiah dan seperangkat alat salat dibayar tunai.” Ucap Ayah Hendra.

“SAYA TERIMA NIKAHNYA DAN KAWINNYA Sherina Astrida Ahmad binti Hendra Ahmad Priyanto DENGAN MASKAWINNYA YANG TERSEBUT DIBAYAR TUNAI.” Jawab imamku, Rama.

Lega Rasanya kini aku telah memiliki nahkoda yang akan mengendarai kapal kami dengan keikhlasan, ketulusan, kesabaran, dilengkapi dengan cinta dan kasih sayang.

Sumpah demi nama Tuhanku, aku akan melayani Mas Rama semampu dan sekuat yang aku bisa lakukan. Mas aku janji, aku akan menjadi pendamping hidup Mas yang baik. Pendamping hidup mas yang selalu berada di jalan Tuhan. Terima kasih Mas Rama, 3 helai kain berujung di gerbang pernikahan. Pertemuan bertahun-tahun lalu kini dipertemukan kembali dengan cara yang indah. Aku percaya jika memang sudah jodoh apa boleh buat. Bagiku, kini hanya satu kewajibanku yaitu menjadi tulang rusuk bagi seorang Wijoyo Sukma.


"jodoh itu berawal dari ketidaktahuan bagiku, tapi jika Tuhan sudah berkata itulah jodohmu, aku dan kamu hanya bisa menjalankan dengan sepenuh hati."  - Sherina Astrida Ahmad Sukma -




                                                  





Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL TEMAN TAPI MENIKAH OLEH AYUDIA BING SLAMET DAN DITTO PERCUSSION

RESENSI NOVEL TEMAN TAPI MENIKAH OLEH AYUDIA BING SLAMET DAN DITTO PERCUSSION 1. IDENTITAS BUKU JUDUL                        :   #TEMANTAPIMENIKAH PENGARANG            :   AYUDIA BING SLAMET DAN DITTO PERCUSSION TAHUN TERBIT         :   2016 PENERBIT                 :   PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO, KELOMPOK GRAMEDIA EDITOR                      :  AFRIANTY P. PARDEDE JUMLAH HALAMAN   :  208 HALAMAN, 4 HALAMAN LAMPIRAN FOTO PENULIS CETAKAN KE             :   CETAKAN I    :  AGUSTUS 2016    CETAKAN II   :  AGUSTUS 2016 ISBN                            :  978-602-02-9050-8 HARGA                       :   Rp. 47.000 2. ISI KEPENGARANGAN PENULIS : Ayudia Bing Slamet yang sebelumnya merupakan pemain film dan Ditto Percussion yang merupakan pemain perkusi adalah sepasang suami istri yang menggarap novel bersama. Novel ini adalah novel pertama karya mereka. Mereka mulai menulis novel sejak menikah hingga memiliki anak pertama yang bernama Dia Sek

TIPS BAWAAN UNTUK BEPERGIAN

NAH, pasti banyak dari kalian yang masih bingung, mau bawa apa aja nih kalo berpergian, disini  aku akan berbagi tips ke kalian apa aja yang aku bawa kalo berpergian.  YUK disimak... 1. Jalan-jalan ke Mall Nah biasanya kalo jalan-jalan ke mall, aku lebih senang pakai tas yang cukup banyak memuat barang atau tas kecil tetapi yang bisa diisi banyak barang. Barang-barang yang pastinya aku bawa adalah dompet, karena aku paling nggak bisa ketinggalan dompet. Biasanya, isinya adalah KTP, SIM, Kartu pelajar (karena aku masih pelajar), uang receh, dan kartu-kartu reward misalnya kartu MAP, dan kartu Chatime, dan lain-lain. Ada sedikit tips nih kawan, kalo kalian bawa uang yang banyak, kalian simpan di ATM aja, karena selain lebih aman, kalian nggak akan terlalu cemas dengan uang yang ada di dompet. Kedua, aku bawa lipcream atau lipstik biasanya aku bawa masing-masing satu dengan warna yang berbeda. Kemudian, hal yang harus dibawa adalah tisu kering, karena jujur aja, aku punya